SKRIP BANER ATAS
Info DINKES

Cegah Penularan Epidemi Malaria di Banggai, Petugas Puskesmas Ikuti Pelatihan Entomologi

31
×

Cegah Penularan Epidemi Malaria di Banggai, Petugas Puskesmas Ikuti Pelatihan Entomologi

Sebarkan artikel ini
Kadinkes Banggai I Wayan Suartika saat menghadiri Pelatihan Entomologi Malaria bagi Petugas Malaria Puskesmas se-Kabupaten Banggai Tahun 2024 di Hotel Santika Luwuk (Foto : Dinkes)

PORTAL LUWUK – Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Banggai terus meningkatkan sumber daya manusianya. Salah satunya menggelar Pelatihan Entomologi Malaria bagi Petugas Malaria Puskesmas se-Kabupaten Banggai Tahun 2024 di Hotel Santika Luwuk, Selasa (4/6/2024).

Langkah Dinkes ini bertujuan agar petugas entomologi malaria dapat berperan dalam menjalankan fungsi di lapangan. Diantaranya mampu menjelaskan bionomik nyamuk Anopheles sp, melakukan identifikasi nyamuk Anopheles sp, surveí vektor malaría, pemetaan vektor malaria, pengendalian vektor malaria dan pencatatan serta pelaporan menggunakan aplikasi.

iklan
Scrool Untuk Membaca Berita

Tujuannya agar peserta mampu melakukan kegiatan
entomologi malaria di Puskesmas sesuai kompetensi. Seperti menyusun komitmen belajar, menjelaskan kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (P2PTVZ).

Tak hanya itu, peserta juga dituntut untuk mampu menjelaskan bionomik nyamuk Anopheles sp, identifikasi nyamuk, survei pemetaan dan pengendalian vektor malaria. Termasuk dalam menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL).

“Peserta pelatihan ini mereka yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN), Tenaga Entomologi Kesehatan, Pengelola Malaria atau Pengelola Kesehatan Lingkungan di Puskesmas,”sebut Kepala Dinkes Banggai dr. I Wayan Suartika, ME dalam paparanya.

Baca Juga :  Diare di Kota Luwuk Turun, Pertama 61 Kasus Terakhir 3 Kasus, Dinkes Telusuri Penyebabnya

Diutamakan peserta berpendidikan D3 Kesehatan tambahnya, serta membuat surat pernyataan bersedia untuk tidak pindah tugas selama minimai 3 tahun yang ditandatanagani atasan langsung.

Kriteria lain tambahnya, wanita hamil tidak diperbolehkan menjadi peserta. Membawa surat tugas dari pimpinan instansi tempatnya bekerja dan bersedia mengikuti pelatihan dari awal sampai selesai.

Bagi I Wayan Suartika, upaya pengendalian malaria dapat ditempuh dalam dua strategi utama. Antara lain pengendalian vektor, disamping penemuan dini dan tatalaksana penderita secara standar.

“Pengendalian vektor merupakan upaya prevetif paling efektif dalam rangka pencegahan dan pengendalian penyakit tutar vektor, termasuk malaria,”jelasnya.

Upaya penanggulangan malaria telah menunjukkan kemajuan yang signifikan yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah kasus lebih dari 50% dalam satu dekade terakhir.

Kabupaten/Kota yang sudah mencapai eliminasi malaria sampai tahun 2021 sebanyak 347 kabupaten/kota yang berarti melindungi lebih dari 232 juta penduduk (85,5%) dari penularan malaria di Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan Komitmen Eliminasi Malaria nasional yang merupakan salah satu program prioritas nasional periu dilakukan perencanaan dan implementasi pembangunan kesehatan yang komprehensif, berkelanjutan dan melibatkan semua sektor terkait.

Baca Juga :  Dinkes Banggai Mulai Gencar Lakukan Fogging di Tontouan, Antisipasi Penyakit DBD

Eliminasi malaria adalah pemutusan rantai penularan malaria setempat pada manusia di wilayah tertentu. Mengakhiri epidemi maiaria ini merupakan salah satu komitmen giobai yang juga tertuang dalam SDG’s Goals ke 3.

Kesepakatan global ini diperkuat oleh komitmen pemimpin negara-negara kawasan Asia Pasifik termasuk Presiden RI pada pertemuan Asia Pasific Leadership Malaria Alliance (APLMA) Tahun 2014.

Komitmen tersebut adalah membebaskan seluruh kawasan Asia Pasifik dari penularan malaria (eliminasi) pada tahun 2030. “Jika vektor dapat dikendalikan dengan baik, maka penularan penyakit dapat dihindari,”tandasnya.

Sementara untuk dapat mengendalikan vektor secara komprehensif sebagaimana diatur dalam Permenkes Nomor 50 tahun 2017, dibutuhkan tenaga kesehatan yang terlatih di bidang pengendalian vektor.

Sementara kondisi ketersediaan tenaga entomolog kesehatan di indonesia masih sangat terbatas. Idealnya setiap puskesmas tersedia satu tenaga fungsional teknis entomolog kesehatan yang terampil.

“Bila hal ini belum memungkinkan tersedia, maka minimal harus tersedia tenaga kesehatan yang memahami dan mampu melakukan kegiatan teknis pengamatan dan pengendalian vektor dimaksud,”pungkasnya.*