Internasional

Kebohongan dan Narasi Propaganda Israel Terbongkar, Upaya Menutupi Kejahatan Perang

76
×

Kebohongan dan Narasi Propaganda Israel Terbongkar, Upaya Menutupi Kejahatan Perang

Sebarkan artikel ini
Bocah perempuan Jalur Gaza, Palestina mendapatkan perawatan petugas medis. Pembunuhan terhadap anak-anak dan warga sipil adalah bukti kejahatan perang Israel (Foto : Istimewa)

JAKARTA, PORTAL LUWUK – Gerakan Perlawanan Islam Hamas di Jalur Gaza membongkar kebohongan Israel atas peristiwa operasi ‘Badai Al-Aqsha’. Hamas menguraikan narasi propaganda yang dilancarkan pendudukan Israel untuk menutupi kejahatannya terhadap warga Palestina.

Tuduhan palsu yang dibuat oleh Israel atas operasi ‘Badai Al-Aqsha’ pada 7 Oktober 2023 dan dampaknya. Hamas mengklarifikasi beberapa hal. Hal itu tertuang dalam penjelasan dan klarifikasi terkait ‘Badai Al-Aqsha’ yang diterbitkan Hamas bertajuk ‘Narasi Kami, Operasi Badai Al-Aqsha’ yang diterima Portalluwuk.com, Rabu (24/1/2024) siang.

iklan
Scrool Untuk Membaca Berita

Operasi Badai Al-Aqsha pada Tanggal 7 Oktober menargetkan situs militer Israel dan berupaya menangkap tentara musuh untuk menekan pemerintah Israel agar membebaskan ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara penjara Israel melalui kesepakatan pertukaran tahanan.

Oleh karena itu, operasi tersebut difokuskan pada penghancuran Divisi Gaza tentara Israel, situs militer Israel yang ditempatkan didekat pemukiman Israel disekitar Gaza.

Menghindari kerugian terhadap warga sipil, terutama anak-anak, perempuan dan orang lanjut usia merupakan komitmen agama dan moral seluruh pejuang Brigade Al-Qassam.

“Kami menegaskan kembali bahwa perlawanan Palestina sepenuhnya disiplin dan berkomitmen terhadap nilai nilai Islam selama operasi dan bahwa para pejuang Palestina hanya menargetkan tentara pendudukan dan mereka yang membawa senjata terhadap rakyat kami,”demikian penegasan Hamas.

Sementara itu, para pejuang Palestina berusaha keras untuk tidak melukai warga sipil meskipun faktanya kelompok perlawanan tersebut tidak memiliki senjata yang tepat. Selain itu, jika ada kasus yang menargetkan warga sipil, hal ini terjadi secara tidak sengaja dan selama konfrontasi dengan pasukan pendudukan.

Sejak didirikan pada Tahun 1987, Gerakan Hamas berkomitmen untuk menghindari kerugian terhadap warga sipil. Setelah penjahat Zionis Baruch Goldstein pada Tahun 1994 melakukan pembantaian terhadap jamaah Palestina di Masjid Al-Ibrahimi di Kota Hebron yang diduduki, Gerakan Hamas mengumumkan sebuah inisiatif untuk menghindari warga sipil dari beban pertempuran yang dilakukan oleh semua pihak.

Namun pendudukan Israel menolaknya dan bahkan melakukannya dan tidak memberikan komentar apapun mengenai hal itu. Gerakan Hamas juga mengulangi seruan tersebut beberapa kali, namun tidak didengarkan oleh pendudukan Israel yang terus melakukan penargetan dan pembunuhan terhadap warga sipil Palestina.

Mungkin ada beberapa kesalahan yang terjadi selama pelaksanaan Operasi Badai Al-Aqsha, karena runtuhnya sistem keamanan dan militer Israel dengan cepat dan kekacauan yang terjadi disepanjang wilayah perbatasan dengan Gaza.

Sebagaimana dibuktikan oleh banyak orang, Gerakan Hamas menangani dengan cara yang positif dan baik terhadap semua warga sipil yang ditahan di Gaza. Dan sejak awal agresi berusaha untuk membebaskan mereka, dan itulah yang terjadi selama gencatan senjata kemanusiaan selama seminggu.

Baca Juga :  Abu Ubaidah : Pukulan Telak Pejuang Palestina Adalah Bayaran Kejahatan Israel

Warga sipil tersebut dibebaskan dengan imbalan pembebasan perempuan dan anak anak Palestina dari penjara Israel.

“Apa yang dipromosikan oleh pendudukan Israel atas tuduhan bahwa Brigade Al-Qassam pada Tanggal 7 Oktober menargetkan warga sipil Israel hanyalah kebohongan dan rekayasa belaka. Sumber tuduhan ini adalah narasi resmi Israel dan tidak ada sumber independen yang membuktikan satu pun tuduhan tersebut,”kata Hamas.

Sudah menjadi fakta umum bahwa narasi resmi Israel selalu berupaya untuk menjelek-jelekkan perlawanan Palestina, sekaligus melegalkan agresi brutalnya terhadap Gaza,”tulis Hamas.

Hamas merinci beberapa narasi dan tuduhan Israel yang tidak mendasar.
Pertama, klip video yang diambil pada hari itu, 7 Oktober 2023 bersama kesaksian warga Israel sendiri yang dirilis kemudian menunjukkan bahwa pejuang Brigade Al-Qassam tidak menargetkan warga sipil.

Dan banyak warga Israel yang dibunuh oleh tentara dan polisi Israel, akibat kebingungan. Kedua, kebohongan 40 bayi dipenggal yang dilakukan para pejuang Palestina juga telah dibantah dengan tegas. Bahkan sumber-sumber Israel pun membantah kebohongan tersebut.

Sayangnya, banyak agensi media barat mengadopsi tuduhan ini dan mempromosikannya. Ketiga, tuduhan bahwa pejuang Palestina melakukan pemerkosaan terhadap perempuan Israel dibantah sepenuhnya termasuk oleh Gerakan Hamas.

Laporan situs berita Mondoweiss pada 1 Desember 2023, antara lain mengatakan tidak ada bukti pemerkosaan massal yang diduga dilakukan anggota Hamas pada 7 Oktober dan bahwa Israel menggunakan tuduhan tersebut untuk memicu genosida di Gaza.

Ke empat, menurut dua laporan oleh surat kabar Israel Yedioth Ahronoth pada 10 Oktober 2023 dan surat kabar Haaretz pada 18 November 2023, banyak warga sipil Israel terbunuh oleh helikopter militer Israel.

Terutama mereka yang berada di festival musik Nova dekat Gaza, di mana 364 warga sipil Israel berada menjadi korban terbunuh. Dua laporan media tersebut mengatakan, para pejuang Hamas mencapai area festival tanpa sepengetahuan festival tersebut sebelumnya.

Disitu, helikopter Israel melepaskan tembakan kearah para pejuang Hamas dan para peserta festival. Yedioth Ahronoth juga mengatakan, untuk mencegah infiltrasi lebih lanjut dari Gaza dan untuk mencegah warga Israel ditangkap oleh pejuang Palestina, tentara Israel menyerang lebih dari 300 sasaran di daerah sekitar Jalur Gaza.

Kelima, kesaksian Israel lainnya menegaskan bahwa serangan dan operasi tentara Israel menewaskan banyak tawanan Israel dan para penculiknya. Tentara pendudukan Israel mengebom rumah-rumah di permukiman Israel, dimana para pejuang Palestina dan warga Israel berada didalamnya.

Hal tersebut merupakan penerapan yang jelas dari petunjuk Hannibal yang terkenal dari tentara Israel yang dengan jelas mengatakan bahwa lebih baik sandera atau tentara sipil mati daripada ditangkap hidup-hidup untuk menghindari keterlibatan dalam pertukaran tahanan dengan perlawanan Palestina.

Baca Juga :  Diserang RPG Al-Yasin, Puluhan Tentara Israel Tewas Tertimpa Reruntuhan Gedung di Khan Yunis

Keenam, otoritas Pendudukan Israel merevisi jumlah tentara dan warga sipil yang terbunuh dari 1.400 menjadi 1.200 setelah menemukan bahwa 200 mayat yang dibakar adalah milik pejuang Palestina yang dibunuh dan bercampur dengan mayat Israel.

Artinya, yang membunuh para pejuang adalah yang membunuh warga Israel. Padahal, hanya tentara Israel yang memiliki pesawat militer yang membunuh, membakar dan menghancurkan wilayah Israel pada 7 Oktober 2023.

Ketujuh, serangan udara besar-besaran Israel di Gaza yang menyebabkan kematian hampir 60 tawanan Israel juga membuktikan bahwa Pendudukan Israel tidak peduli dengan kehidupan tawanan mereka di Gaza.

Fakta lainnya membuktikan bahwa pemukim Israel di pemukiman sekitar Gaza bersenjata dan bentrok dengan pejuang Palestina pada Tanggal 7 Oktober 2023. Para pemukim tersebut terdaftar sebagai warga sipil. Padahal faktanya mereka adalah orang-orang bersenjata yang berperang bersama tentara Israel.

Ketika berbicara tentang warga sipil Israel, harus diketahui bahwa wajib militer berlaku untuk semua warga Israel yang berusia diatas 18 tahun. Laki-laki yang telah menjalani wajib militer selama 32 bulan dan perempuan yang telah menjalani wajib militer selama 24 bulan.

Semua warga Israel dapat membawa dan menggunakan senjata. Hal ini didasarkan pada teori keamanan Israel tentang rakyat bersenjata yang mengubah entitas Israel menjadi tentara dengan negara terikat.

Pembunuhan brutal terhadap warga sipil merupakan pendekatan sistematis entitas Israel dan salah satu cara untuk mempermalukan rakyat Palestina. Pembunuhan massal warga Palestina di Gaza adalah bukti nyata dari pendekatan tersebut.

Saluran berita Al Jazeera mengatakan dalam sebuah film dokumenter bahwa dalam satu bulan agresi Israel di Gaza, rata rata pembunuhan harian anak anak Palestina di Gaza adalah 136 syahid. Sedangkan rata rata pembunuhan anak anak di Ukraina, selama agresi Rusia-Ukraina, ada satu anak setiap hari.

“Mereka yang membela agresi Israel tidak melihat peristiwa tersebut secara obyektif. Melainkan membenarkan pembunuhan massal Israel terhadap warga Palestina dengan mengatakan bahwa akan ada korban jiwa dikalangan warga sipil ketika menyerang pejuang Hamas. Namun asumsi tersebut tidak mereka gunakan jika menyangkut peristiwa Badai Al-Aqsha pada 7 Oktober 2023,”ungkap Hamas.

Hamas berkeyakinan bahwa setiap penyelidikan yang adil dan independen akan membuktikan kebenaran narasi Hamas dan akan membuktikan besarnya kebohongan dan informasi menyesatkan dipihak Israel.

Hal ini juga mencakup tuduhan Israel mengenai rumah sakit di Gaza bahwa perlawanan Palestina menggunakan rumah sakit tersebut sebagai pusat komando. Sebuah tuduhan yang tidak terbukti dan dibantah oleh pemberitaan banyak kantor pers barat.(top)